7.6.09

Guru Honor

Apa hendak di kata, nasib guru sebagai pahlawan tanpa jasa harus bisa menahan-nahan selera. Hal ini akan dijumpai pada guru-guru honor yang berada di desa. Mengajar di bawah yayasan ormas salah satu di Indonesia tidak bisa berbuat banyak, di tuntut yayasan untuk menaikkan honor dari mana dana tersebut, bangunan yang ada saja masih perlu di rehap dan penambahan bangku dan meja untuk ajaran baru.
80,000 rupiah ini yang didapat pada bulan sebelumnya, dan bulan ini Rp. 60,000. di potong dengan arisan Rp. 50,000 sisa uang yang di dapat 10,000. Karena ada undangan untuk guru-guru, maka berangkat bersama-sama menuju undangan acara salah satu keluarga TU sekolah. akhirnya amplop pun diberikan dengan uang sisa bulan maren terisi 10,000,-
Singkat cerita, bulan kemaren tidak sempat dinikmati. Habis dengan satu hari. ini adalah satu kisah kehidupan dari seorang guru honor di perdesaan. Dengan honor Rp. 5000 untuk sekali tatap muka dengan murid. kalaupun dipaksakan tiap hari masuk dan tiap jam mengajar paling besar honor diterima Rp. 200,000,- Honor ini didapat dari kutipan (SPP) murid tiap bulan, dan SPP tidak mungkin untuk di naikkan. Mengingat tidak semua orang tua mengerti akan SPP dan diketahui juga orang tua tidak mampu karena kebanyakan sebagai buruh pabrik/karyawan pabrik sawit. Pemerintah juga tidak begitu tanggap dengan kehadiran sekolah-sekolah swasta terutama yang berada di perdesaan.

No comments: