MIMPI YANG SEBENARNYA
Hashirama
tentu saja kaget ketika mendengar pilihan yang Madara tawarkan.
Orang-orang Senju bahkan lebih kaget lagi, dan berkata, "Membunuh adikmu
atau membunuh dirimu sendiri, pilihan macam apa itu, hah!?"
Sat! Hashirama memberi aba-aba dengan tangannya supaya mereka diam. Ia
ingin memikirkannya sendiri. Tapi, Tobirama tetap berbicara. "Lelaki ini
gila." ucapnya. "Apa rencanamu sekarang, kakak?"
"Apa kau akan membunuhku? Atau kau mau bunuh diri seperti omong kosong
yang lelaki ini katakan? Bodoh sekali. Jangan dengarkan dia, kakak!"
Tobirama mendesak kakaknya. Tapi secara mengejutkan, Hashirama malah
berkata pada madara, "Terimakasih, Madara. Kau memang orang yang
simpatik."
Madara memberikan Hashirama dua pilihan, yang artinya ia tak harus
membunuh adiknya sendiri. Madara mengerti perasaan seseorang yang
memiliki saudara.
"Dengarkan aku, Madara, ini akan menjadi
permintaan terakhirku." ucap Hashirama sambil bersiap dengan sebuah
kunai di tangannya. Ya. Hashirama melepas jubah perangnya dan akan
menusukkan kunai itu ke perutnya sendiri. Hashirama akan bunuh diri.
"Tak hanya dirimu, semua yang ada di klan kita juga harus melakukan hal
yang sama. Setelah aku mati, jangan membunuh Madara. Uchiha dan Senju
tak boleh saling bertarung satu sama lain lagi. Berjanjilah, demi ayah
kalian, dan cucu kalian yang belum lahir. Sampai jumpa..."
Hashirama tersenyum, namun tak bisa ditutupi air matanya metes.
Masa-masa yang sempat mereka lalui terlintas, terutama batu yang menjadi
tanda pertemuan mereka. Batu yang waktu itu telah mereka buang, secara
mengejutkan belum benar-benar terjatuh ke dasar sungai, melainkan masih
terapung.
Begitu juga dengan Hashirama kini.
Hubungannya dengan Madara yang dia pikir akan segera berakhir, tiba-tiba
tersambung kembali. Secara tiba-tiba, Madara memegang tangan Hashirama
sesaat sebelum ia menusuk perutnya.
"Sudah cukup. Aku sudah bisa melihat tekadmu..."
Setelah pertempuran yang berlangsung begitu lama, akhirnya Uchiha dan
Senju menyatukan kekuatan. Hari itu adalah awal bagi perdamaian antara
kedua belah pihak. Bagi Hashirama, hari itu seperti mimpi. Tak akan ada
lagi orang yang menjadi korban, tak akan ada lagi anak kecil yang
mati...
Setelahnya mereka mulai membangun desa. Kemudiam,
mereka juga bekerja sama dengan negara api guna membuat sebuah negara
yang damai, yang menganggap negara dan desa berada pada tingkat yang
sama. Mimpi sejak kecil Hashirama, akhirnya menjadi kenyataan.
"Apa kau masih ingat?" Hashirama dan Madara dewasa berdiri di puncak
bukit batu sambil melihat ke arah desa yang telah mereka bangun. "Saat
kita berbicara di sini, saat kita masih anak-anak..."
"Ya.." sahut Madara.
"Kupikir itu hanya mimpi. Aku bisa saja melakukannya kalau aku mau, tapi..."
"Mimpi itu akan menjadi kenyataan." ucap Hashirama. "Kepala shinobi,
yang akan melindungi negara api dari bayangan. Hokage ... bagaimana
menurutmu?"
"Apa itu?" tanya Madara.
"Negara api meminta agar
kita memutuskan seorang pemimpin untuk desa ini. Aku ingin kau menjadi
pemimpinnya, menjadi Hokage." ucap Hashirama. "Kau memang sudah tidak
memiliki saudara lagi. Tapi, aku ingin kau menganggap semua shinobi yang
ada di desa ini sebagai saudaramu. Aku ingin kau menjaga mereka."
"Aku... aku bahkan tak mampu menjaga adikku yang sebenarnya." ucap Madara.
"Ayolah, tak ada waktu untuk menyesali hal itu." ucap Hashirama. "Lalu,
selain Uchiha dan Senju, klan Sarutobi dan Shimura juga ingin menjadi
rekan kita."
"Mustahil... apa kau serius?"
"Ya. Dan tidak
cuma mereka. Selanjutnya desa pasti akan terus tumbuh. Kemudian, kita
harus memberi desa ini nama. Apa kau punya ide?"
Madara yang
kebetulan sedang membawa daun yang tengahnya berlubang sejenak terdiam.
Kemudian melalui lubang di daun itu, ia melihat ke arah desa. Lalu ide
muncul, "Desa... yang tersembunyi di balik daun, konoha. Bagaimana
menurutmu?"
"..." Hashirama tertunduk suram. "Sederhana sekali... tak ada pelesetannya sama sekali..."
"Hei, istilah Hokage yang kau buat juga sama, kan!?" bentak Madara.
"Dan ngomong-ngomong, apa sampai sekarang kau masih suka depresi seperti
itu???"
Memang butuh waktu yang lama, tapi saat itu
Hashirama merasa kalau pada akhirnya mereka akan bisa menjadi teman yang
akrab untuk selamanya.
"Apakah hokage akan selalu berada di desa dan menjaganya?" tanya Madara.
"Ya, tapi tak hanya itu." sahut Hashirama. "Dengan tumbuhnya desa,
hokage pasti akan menjadi semakin sibuk. Itulah kenapa aku ingin
mengukir wajahmu di batu besar ini, sebagai simbol kalau kau akan selalu
melindungi desa."
Memang butuh waktu yang lama, tapi saat itu
Hashirama merasa kalau pada akhirnya mereka akan bisa menjadi teman yang
akrab untuk selamanya.
"Apakah hokage akan selalu berada di desa dan menjaganya?" tanya Madara.
"Ya, tapi tak hanya itu." sahut Hashirama. "Dengan tumbuhnya desa,
hokage pasti akan menjadi semakin sibuk. Itulah kenapa aku ingin
mengukir wajahmu di batu besar ini, sebagai simbol kalau kau akan selalu
melindungi desa."
"Apa kau bercanda?"
"Yaah, mungkin aku akan sedikit memodifikasinya, karena wajahmu sedikit menyeramkan." ucap hashirama.
"Ah, jadi kalian di sini..." Tiba-tiba Tobirama datang dan menghampiri
mereka. "Kenapa kalian malah sibuk di sini? Pemimpin negara api datang
untuk berdiskusi!!" ucapnya.
"Tobirama..." Madara melihat ke arahnya, dan Tobirama membalas dengan tatapan yang masih belum bisa bersahabat.
Di ruangannya, Hashirama menceritakan mengenai usulnya untuk menjadikan
Madara sebagai pemimpin pada Tobirama. Dan tegas tegas, Tobirama tidak
setuju. "Hokage!? Jangan memutuskannya seenaknya!! Kalau kau ingin
merekomendasikan Madara sebagai pemimpin desa, itu tak apa. Tapi sebelum
mengambil keputusan akhir, kita harus mendiskusikannya terlebih dahulu
pada orang-orang yang tinggal di desa dan negara ini, dan berkonsultasi
dengan tetua. Ini berbeda dari saat ayah kita masih hidup."
"Tapi..."
"Dan lagi, Uchiha Madara tak akan pernah dipilih sebagai ketua. Semua
orang tahu kalau kaulah yang telah membangun desa ini. Bahkan klan
Uchiha mengakuinya. Juga, kau sudah mendengar rumor tentang Uchiha, kan?
Semakin mereka dipenuhi kebencian, mata mereka akan menjadi semakin
kuat. Kurasa itulah cara kerja sharingan. Kau tak pernah tau apa yang
akan mereka lakukan. Yang desa butuhkan adalah..."
"Berhenti bicara seperti itu, Tobirama!" bentak Hashirama. Dan mendadak, terdengar suatu suara dari jendela.
Hashirama langsung membuka jendela, tapi sudah tak ada siapa-siapa di
sana. "Kurasa barusan ada orang di sini. Tobirama, kau juga
merasakannya, kan?"
"Aku tak sedang memfokuskan chakra sekarang. Dan, jangan mengubah topik pembicaraan kita, kakak!"
"!!!" Hashirama kaget. Di atas genteng, terlihat daun berlubang yang
sebelumnya Madara bawa. Tampaknya, Madara mendengar percakapan mereka.
"Mulai dari sekarang, kita akan menggunakan sistem demokrasi. Apa kau keberatan dengan itu, kakak?"
"Tidak, tidak apa." ucap Hashirama.
Pada akhirnya, yang menjadi hikage adalah Hashirama, dan wajahnya telah dipahat pada bukit batu besar yang ada di pinggir desa.
Suatu ketika pada awal-awal masa jabatannya, Hashirama pernah diajak
oleh Madara ke monumen Uchiha, tempat yang sebenarnya hanya klan Uchiha
yang diperbolehkan untuk masuk.
"Monumen batu ini telah
diwariskan dari generasi ke generasi, dan tak pernah ditunjukkan pada
klan lain. Ini adalah monumen spesial, yang untuk membacanya kau harus
menggunakan teknik mata. Sejauh yang bisa kubaca sekarang, monumen ini
mengatakan... Untuk mencapai kestabilan, seorang desa dibagi menjadi Yin
dan Yang. Aksi dari kedua kekuatan yang berlawanan ini menciptakan
segala sesuatu yang ada di alam."
"Logika ini berlaku pada apapun." ucap Madara lagi. "Dengan kata lain,
ini mengatakan kalau dua kekuatan berlawanan itu menggabungkan kekuatan,
kebahagiaan yang sesungguhnya akan bisa diraih. Akan tetapi, terdapat
penafsiran lain..."
"!?"
"Hashirama, apa kau pikir aku tak tahu?"
"Serahkan Tobirama padaku!" ucap Hashirama sebelum Madara melanjutkan
perkataannya. "Aku tak bisa melakukannya tanpamu. Sebagai tangan kanan
hokage, sebagai saudaraku, bekerja samalah denganku. Orang-orang akan
mulai mengerti dirimu. Dan saat itu, kau akan menjadi hokage kedua."
"Mungkin juga adikmu Tobirama yang menjadi hokage kedua." ucap Madara.
"Dan jika itu terjadi, klan Uchiha akan dimusnahkan. Karena tahu hal
itu, aku memberitahu anggota klan Uchiha lainnya agar mereka segera
keluar dari desa. Tapi, tak seorangpun mau mendengar kata-kataku."
"Aku tak bisa melindungi adikku, dan sekarang mungkin aku juga tak akan
bisa melindungi klanku. Meskipun aku sudah berjanji pada adikku,
anggota klanku tak mau mempercayaiku, walau aku ingin melindungi
mereka."
"Itu tidak benar, semuanya pasti akan menyadari kalau..."
"Mungkin saat itu, aku harus memerintahkanmu untuk membunuh adikmu."
ucap Madara. "Kau berkata kalau aku adalah saudara. Tapi demi desa, kau
akan membunuhku atau dia?"
Hashirama terdiam.
"Aku mengerti posisimu." ucap Madara lagi. "Tapi, aku tak bisa
melakukannya lebih dari ini. Aku... aku akan pergi meninggalkan desa.
Aku telah menemukan jalan lain. Setelah kita sama-sama menunjukkan tekad
kita, aku sadar... kerja sama hanyalah pertarungan diam-diam."
"Itu tidak benar! Aku tak akan membiarkanmu!!" ucap Hashirama.
"Itu tergantung bagaimana caramu melihat kenyataan, Hashirama! Ayo kita
berhenti bersikap merendahkan diri. Setidaknya... Lebih baik bagi kita
melihat dunia ini hanya sebagai hiburan saja."
"Apa kau mendengarku, madara!?"
Madara terus berbicara, "Kau adalah satu-satunya yang bisa bersaing
denganku. Sementara aku berjalan menuju mimpiku yang sesungguhnya... Aku
akan menikmati pertarungan denganmu."
Sejak saat itu, Madara benar-benar berubah menjadi iblis.
Bersambung.....
Sumber : Benzeta
No comments:
Post a Comment