Jonru pun berang. Nama yang benar-benar dibanggakannya kini diolok-olok dan dijadikan bahan tertawaan. Bukan karena ia terlahir dengan nama itu. Tapi ia agaknya sudah bersusah payah untuk melahirkan sendiri nama itu. Tak banyak yang tahu, ia harus melewati berbagai “masalah” lahir dengan nama itu. Dan sekarang, setelah ia sreg dengan nama baru yang dipilihnya, ejekan malah muncul. Lantas, ia harus pakai nama apa lagi?
Jonru. Begitu ia memperkenalkan dirinya ketika ia sudah berumur kepala dua. Yang akhirnya membuatnya dikenal dengan nama itu. Sebagian mungkin tahu Jonru adalah cara ia menyingkat namanya. Jon Riah Ukur Ginting. Ia mengaku kurang pede dengan nama lengkap itu.
Jauh
sebelum ia merasa kurang pede pun, ia sebenarnya dilahirkan dengan nama
yang lebih panjang. Dalam pengakuannya di laman 'pkspiyungan' namanya
adalah Belnatal Jon Riah Ukur Ginting. Nama depannya diambil dari suster
yang menolong kelahirannya saat itu. Setelah masuk Islam, nama depannya
dihilangkan. Jadilah Jon Riah Ukur Ginting.
Mungkin karena berharap kelak cucunya ini memiliki hati yang gembira atau paling tidak bisa membuat hati orang lain gembira, makanya nenek Jonru memberinya nama Riah Ukur. Nama ini konon didapat dari mimpi si nenek yang bertemu seorang pria misterius. Tapi tetap saja, Jonru kurang sreg dengan nama itu.
Masalah soal namanya tak berhenti sampai disitu. Tamat dari Sekolah Dasar, gurunya lupa mencantumkan nama lengkapnya dengan marga Ginting. Tak hanya itu, nama Jon Riah pun malah disatukan menjadi Jonriah. Alhasil seluruh dokumennya tertera nama Jonriah Ukur.
Perjuangan Jonru “mengubah” namanya karena kurang pede dengan nama asli bermula sewaktu duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia memakai badge nama bertuliskan Jon R.U. Berhasil? Belum. Karena sampai tamat SMA dan bahkan hingga lulus dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pun, ia masih dikenal dengan nama Jon Riah Ukur.
Usaha Jonru mempertahankan nama kerennya mulai berhasil seusai lulus kuliah. Ia mulai memperkenalkan dirinya dengan nama Jonru. Setiap ada yang bertanya namanya, ia menyebutkan Jonru. Jadilah namanya Jonru, sejak tahun 2000.
Kini sudah 14 tahun ia dengan gagah menyandang nama itu setiap hari. Baik dalam pelatihan, penulisan buku yang digagasnya dan blog miliknya. Tak kelihatan lagi nama Jon “Hati yang Gembira”.
Dan kini ia harus mendapati namanya menjadi bahan olok-olokan. Jon kini jelas tak gembira dengan itu. Ia melapor polisi karena namanya diejek di Twitter oleh beberapa orang. Mereka mengidentikkan Jonru dengan tukang bohong. Begitu isi laporannya.
Entahlah. Mungkin butuh pakar hukum yang bisa mengidentifikasikan pelaporan itu. Apakah netizen bisa dilaporkan karena dianggap menjelekkan nama Jonru? Padahal nama aslinya bukan Jonru. Saya tidak dalam kapasitas menilai laporan itu bisa dilakukan atau tidak. Layak atau tidak.
Yang pasti
Jon “Hati yang Gembira” kini sedang tidak gembira. Padahal ketika ia
diolok-olok karena seminar pelatihannya hanya diikuti 10 orang November
2014 lalu, ia tidak marah. Ia menjelaskan dengan gembira. Tapi ketika
nama kerennya diusik, Jon tak gembira. Padahal ketika gurunya dulu salah
menuliskan namanya, ia tidak menuntut. Kesalahan yang membuat namanya
akan berbeda selamanya di dokumen negara.
Apapun
masalahnya kini, semua tahu kalau itu berawal dari sikap Jon “Hati yang
Gembira” yang dikenal kerap mengkritisi Joko Widodo di laman
Facebooknya. Kritikan ini mungkin didukung oleh sebagian orang. Tapi tak
sedikit juga yang mencercanya dan menganggap semuanya hanya bualan atau
fitnah. Terlepas apa yang dia komentari benar atau tidak, yang jelas
mereka tidak bergembira dengan komentar-komentar Jon “Hati yang
Gembira”.
Sumber : trinbunnews
Sumber : trinbunnews
No comments:
Post a Comment