AKU
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Anne Ahira
W.S Rendra
Taufiq Ismail
Sutardji Calzoum Bachri
Sapardi Djoko Damono
Remy Sylado
Sebuah Jaket Berlumur
Darah
( Taufiq Ismail)
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN
Indahnya Persahabatan
(Anne Ahira)
Tiada mutiara sebening cinta
Tiada sutra sehalus kasih sayang
Tiada embun sesuci ketulusan hati
Dan Tiada hubungan seindah persahabatan
Sahabat bukan
Matematika yang dapat dihitung nilainya
Ekonomi yang mengharapkan materi
PPKn yang di tuntut oleh undang-undang
Berdiri Aku
( Amir Hamzah )
camar melayang menepis buih
melayah bakau mengurai puncak
berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
menepuk teluk menghempas emas
lari ke gunung memuncak sunyi
berayun-alun di atas alas
Benang raja mencelup hujung
naik marak menyerak corak
elang leka sayap tergulung
di mabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
rindu sendu mengharu kalbu
ingin datang merasa sentosa
mengecap hidup bertentu tuju.
Mantera
( Sutardji Calzoum
Bachri )
Lima
percik mawar
Tujuh sayap merpati
Sesayat langit perih
Di cabik puncak gunung
Sebelas duri sepi
Dalam dupa rupa
Tiga menyan luka
Mengasapi duka
Puah!
Kau jadi kau!
kasihku
No comments:
Post a Comment